Kalimatun Thoyyibah " لاَ اِ لَهَ اِ لاَّ ا لله " para ulama mengatakan ada dua kandungan rukun, iaitu An-Nafyu (penafian) dan Al-itsbat (penetapan). Seorang muslim yang menghayati kalimat tauhid pasti menafikan segala yang disembah selain Ilahul Haq dan menetapkan hanya Allah saja yang berhak untuk disembah. Karena hanya Allah yang Haq, yang lain adalah Bathil. Itulah makna hakiki dari tauhid.
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.( Qs: Ali-Imran ayat 18 )
Muhammad Ali ash-Shobuni menjelaskan dalam kitab Sofwah at-Tafasir bahwa ” شهد الله انه لآاله الا انا. Bahwa ayat ini menjelaskan,sesungguhnya orang yang menyatakan ( syahadat tauhid ) maka didatangkan pada hari kiamat.lalu Allah Azza wa jalla berfirman: “ Hamba-Ku telah berjanji kepada-Ku ,dan Aku adalah yang paling berhak menepati janji,masukanlah hamba-Ku ke syurga,”
Syahadah yang dimaksud dalam ayat di atas menurut ulama tafsir ialah sebuah perjanjian yang sifatnya mengikat antara Allah dan hamba-Nya
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekelian akan Aku”.( Qs: Al-anbiyaa’ ayat 25 )
Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: " لاَ اِ لَهَ اِ لاَّ ا لله " (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri,( Qs : Ash-Saffat ayat 35)
Dari Abu Abdur-Rahman bin Ibnu Umar Ibni Khattab Ra. Berkata : “ Aku telah mendengar bahwa Rasulullah Saw pernah berkata “(Islam dibina di atas lima perkara iaitu mengucapkan syahadah Tiada Tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad Rasulullah serta mendirikan solat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan menunaikan haji ke BaitulLah.) “
“ Dari Sa’id bin al-Musayyab Ra., dari Ayahnya Ra.,ia berkata tatkala Abu Talib menjelang ajal: Rasulullah SAW mendatangi Abu Talib lalu beliau dapati Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Ummayah bin al-Mughirah di sisi Abu Talib,kemudian Rasulullah Saw.mengatakan,” Wahai Bapa Saudaraku! Ucapkanlah لاَ إله إلاّ الله ,sebuah kalimat yang akan kupersaksikan untukmu di sisi Allah.” Maka Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Ummayah mengatakan,” Hai Abu Talib! Apakah kamu membenci agama Abdul Muttalib?” kemudian Rasul Saw mengulangi kembali kalimat syahadat لاَ إله إلاّ الله kepada Abu Talib, sehingga Abu Talib tetap berpaling dari kalimat tersebut, dan dia ( Muhammad ) kembali kepada Abu Talib dengan perkataan tadi.sampai Abu Talib mengatakan sesuatu di akhir kepada mereka” Dia (Muhammad SAW) adalah menganut agama Abdul Muthalib , lalu Abu Talib enggan mengucapakanلاَ إله إلاّ الله,lalu Rasul SAW mengatakan “ Demi Allah,aku akan memintakan ampun untukmu selama tidak dilarang,maka Allah 'Azza wa Jalla menurunkan ayat di dalam surat At-Taubah ayat 113 dan surat Al-Qasas ayat 56 )
وَعَنْ ابْنِ عَبَّاسِ رضي الله عنهما ان رسول الله صلى الله عليه وسلم لما بعث معاذا إلى اليمن قال " إِنَّكَ تَأتِي قَوْمًا مِنْ اَهْلِ الْكِتَابِ فَلْيَكُنْ أَوَّلُ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ شَهَادَةُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّاللهُ،" وَفِى رِوَايَةٍ إِلَى أَنْ يُوَحَّدُوااللهً – فًإٍنْ هُمْ أَطَاعُوكَ لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ اَنَّ اللهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتِ فِى كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ،فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوكَ لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ اَنَّ اللهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةٍ تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَا عِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَاعِهِمْ ...
( H.r Bukhari & Muslim dalam kitab terjemah Fathul Majid Bab: Dakwah kepada Syahadah)
Pendapat Imam An-Nawawi
: ” فًإٍنْ هُمْ أَطَاعُوكَ لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ اَنَّ اللهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتِ فِى كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ
قَالَ اَ لنَّوَوِي مَامَعْنَاهُ : أَنَّهُ يَدُلُّ عَلَى اَنَّ الْمُطَا لَبَةَ بِالْفَرَائِضِ فِى الدُّنْيَا لاَ تَكُونُ إِلاَّ بَعْدَ
الإِسْلاَمِ
Imam An-Nawawi Rh. Dalam mentafsirkan hadith Muaz bin Jabal di atas mengatakan : ” Hadith ini menunjukkan bahwa menjalankan kewajiban di dunia tidak akan berlaku kecuali setelah Islam”
4) Hadith tentang memerangi manusia untuk mengucapkan kalimat syahadah
اُمِرْتُ أَنْ اُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُولُوا : لاَ اِلَهَ اِلاَّ ا للهُ فَإِذَا قَالُوْا هَا عَصَمُوْا دِمَاعَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ اِلاَّ بِحَقِّهَا...
“ Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka mengatakan kalimah لاَ إله إلاّ الله ,maka jika mereka telah mengucapkannya terlindungilah darah mereka dan harta mereka kecuali dengan haknya…”
III. Pendapat Ulama Tentang Syahadah
1) At-Tajus As-Subki dalam kitab Irsyadul Ibadnya mengatakan dalam bab Iman : “ Bahwa tidak dipandang sah amalan anggota tubuh ( berupa solat, haji, zakat dll ) jika tidak disertai iman dalam hati, dan tidak dipandang sah iman dalam hati jika tidak disertai “ucapan dengan lisan “ dua kalimah syahadah secara nyata . “
2) Dalam Kitab Al-Hushunul Hamidiyah mengatakan : “ Bahwa mengucapkan atau mengikrarkan dua kalimat syahadah”dengan lisan” adalah syarat bagi seseorang untuk disabitkan hukum – hukum Islam ke atasnya. “
3) Imam Muhammad Bin Abdul Wahab Rh; “ Kalimah لاَ إله إلاّ الله tidak akan bermanfaat bagi orang yang mengucapkan, jika tidak memahami makna kandungan, tuntunannya, dan syarat sahnya. ( Dalam Kitab Fathul Majid )
4) Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab Rh. Mengatakan dalam Kitab “ Ad-Durar “
وَ مُجَرَ دُ بِلَفْظِ ا لشَهَا دَ ةِ مِنْ غَيْرِ عِلْمٍ بِمَعْنَا هَا وَ لاَ عَمَلَ بِمَقْتَضَا هَا لاَ يَكُو نُ ا لْمُكَلَفُ مُسْلِمًا.وَ مَنْ شَهِدَ اَ نْ لاَ اِ لَهَ اِ لاَ ا للهُ وَ عَبَدَ غَيْرَ هُ مَعَهُ فَلاَ شَهَا دَ ةَ لَهُ وَ إِ نْ صَلَى وَ زَ كَى وَ صَا مَ وَ آ تىِ بِشَيْئٍ مِنَ اَ عْمَا لِ اْ لاِ سْلاَ مِ
“ Sekadar mengucapkan lafaz syahadah tanpa mengetahui maknanya dan tanpa mengamalkan tuntunannya, maka itu tidak membuat seseorang menjadi muslim, maka sesiapa yang bersaksi, mengucapkan dua kalimah syahadah, sedang dia masih beribadah kepada selain Allah (melakukan kesyirikan) maka syahadahnya tidak dianggap sah meskipun dia solat, zakat, puasa dan melaksanakan sebahagian ajaran Islam.
إِ نَ ا لنَطَقَ بِهَا مِنْ غَيْرِ مَعْرِ فَةِ مَعْنَا هَا وَ لاَ عَمَلَ بِمْقَتَضَا هَا مِنَ َاْ لتَِزَ ا مِ ا لتَوْ حِيْدِ وَ تَرَ كَ ا لشِرْ كِ وَ اْ لكُفْرَ بِا لطَا غُو تِ فَإِ نَ ذَ لِكَ غَيْرُ نَا فِعٍ باِ ْلاِ جْمَاعِ
Sesungguhnya mengucapkan kalimah لاَ إله إلاّ الله tanpa disertai pengetahuan ( ilmu ) akan maknanya dan tidak mengamalkan tuntunannya berupa iltizam dengan tauhid dan tidak meninggalkan amalan syirik serta mengkufuri Toghut, maka sesungguhnya pengucapan itu tidak bermanfaat, berdasarkan ijma para Ulama’ “
Dari perkataan ulama dapat diambil hukum bahwa “ Syahadah “ adalah syarat sah diterimnya amal, dan sebagai syarat sah keislaman secara syar’i
Kewajiban Menegakkan Syahadah dengan mengikrarkan secara zahir
Perkataan Syaikh Muhammad al-Sanusi,tentang wajibnya ikrar syahadah bagi Muslim Kauni atau Muslim Keturunan
فاَعْلَمْ اَنَّ النَّاسَ عَلَى ضَرْبِيْنَ مُؤْمِنُ وَكاَفِرٌ أَمَّا الْمُؤْمِنُ بِاْلأَصَالَةِ فَيَجِيْبُ عَلَيْهِ اَنْ يُذْكَرَهَا فِى الْعُمُرِ مَرَّةً وَاحِدَةً يُنْوِى فِى تِلْكَ الْمَرَةِ بُذْكَرَهَا الْوُجُبُ وَ إِنْ تَرَكَ ذَلِكَ فَهُوَ عَاصٍ.
“Ketahuilah,bahwa manusia terbagi menjadi 2 golongan mukmin dan Kafir,adapun mukmin ( yang berstatus keturunan ), maka wajib mengucapkan dua kalimat syahadat sekali seumur hidupnya yang diniatkan untuk menjalankan kewajiban syariat lainnya,dan jika ia menolak (enggan bersyahadah), maka dia telah bermaksiat. [Dikutip dalam kitab menegakkan syariat syahadah,oleh Umar Zia ul Haq,dalam kata pengantar]
Menurut Syaikh Muhammad Abdul Wahab Rh.bahwa keislaman terbagi menjadi dua yaitu : Islam Kauni dan Islam Syar’ei. Adapun Islam Kauni ialah Islam yang bertaqlid dan berdiri dalam lingkungan dan keadaan dari orang tua,sebagaimana Islamnya alam dan makhluk hidup yang lainnya secara fitrah penciptaan,sedangkan Islam Syar’ei ialah keislaman yang berpijak atas dasar tuntunan syariat yang berdasar petunjuk ajaran Al-qur’an
Pendapat Ibnu Taimiyah Rh.
قال شيخ الإسلام إبن تيمية : وَقَدْ عُلِمَ بِاْلاِضْطِرَارِ مِنْ دِيْنِ الرَّسُولِ صلى الله عليه وسلم وَاِتَِّفَقَتْ عَلَيْهِ اْلأُمّةُ أَنَّ أَصْلَ اْلإِسْلاَمِ وَأَوَّلَ مَا يُؤْمَرُ بِهِ الْخَلْقَ : شَهَادَةُ أَنَ لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله فَبِذَلِكَ يَصِيْرُ الْكَافِرُ مُسْلِمًا وَالْعَدُوُّ وَلِيًا وَالْمُبَاحُ دَمَهُ وَمَالَهُ : مَعْصُومُ الدَّمَ وَالْمَالَ ثُمَّ إِنْ كَانَ ذَلِكَ مِنْ قَلْبِهِ فَقَدْ دَخَلَ فِى اْلإِيْمَانِ وَإِنْ قَالَهُ بِلِّسَانِهِ دُوْنَ قَلْبِهِ فَهُوَ فِى ظَاهِرٍ اْلإِسْلاَمِ دُوْن بَاطِنٍ اْلإِيْمَانِ قَالَ : وَأَمَّا إِذَا لَمْ يَتَكلّمُ بِهَا مَعَ الْقُدْرَةِ فَهُوَ كَافِرٌُ بِاتِّفَاقِ الْمُسْلِمِيْنَ بَاطِنًا وَظَاهِرًا عِنْدَ سَلَفِ اْلأُمَّةِ وَأَئَمِّتِهَا وَجَمَاهِيْرِ الْعُلَمَاءِ
Telah dipasti kebenarannya adalah dari ad-Din Rasul SAW dan sepakat seluruh ummat (sahabat ) bahwa dasar Islam dan yang diperintah pertama kepada manusia adalah syahadah شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله kerana dengan syahadah yang kafir jadi muslim, musuh jadi pelindung, orang yang halal darah dan hartanya menjadi terlindungi darah dan hartanya. Kemudian jika hal itu keluar dari hatinya, maka ia sungguh telah beriman. Jika mengucapkannya dengan lisan tanpa hati, maka ia menampakan keislaman tanpa ada iman dalam hati ( ia Munafiq), Dia berkata ( Ibnu Taimiyah ),” dan jika tidak mengucapkannya padahal ia mampu, maka ia adalah kafir lahir batin menurut kesepakatan kaum muslimin.
( Lihat Fathul Majid hal 78 )
IV. Istinbath Hukum
Pengambilan Hukum Tentang Syariat Syahadah
Dalam Qaidah Usul Fiqih ada ketetapan hukum terhadap dalil naqli ( nas al-qur’an dan hadith ) dikatakan oleh ulama usuliyyin : “ Bahwa wajib mengamalkan nash ayat Qur’an dan hadith Nabi berdasarkan keumuman & kemutlaqannya selama tidak ada dalil yang mengkhususkan dan mengikatnya,wajib mengamalkan nash ayat dan hadits sesuai dengan yang ditunjukkannya selama tidak ada dalil yang menyanggahnya.Jika terdapat dalil umum yang muncul karena sebab khusus,maka yang disepakati ulama ushul ialah wajib mendahulukan keumumannya.sebagaimana Qaidah ushul yang berbunyi :
اَلْعِبْرَةُ بِعُمُومِ الَّفْظِ لاَ بِخُصُوصِ السَّبَابِ
“ Hukum yang diambil dalam Qur’an adalah berdasarkan keumuman lafaz bukan kekhususan sebab.
Sedangkan dalam istilah usul penyebutan tentang lafaz umum disebut umum. Adapun maknanya menurut usul fiqih ialah
الَلفْظُ اَلْمُسْتَغْرِقُ لِجَمِيْعِ أَفِرَادِهِ بِلاَ حَصْرٍ
“Lafaz yang mencakup semua jenis ( seluruh makhluk ) tanpa ada batasan yang mengikat”
V. Hakikat Syahadah Secara Syar’ei
A. Pengertian Syahadah
شهد- يشهد – شها د ة – مشا هد ة ج شهود
Makna Syahadah yang dimaklumi oleh ulama Tauhid ialah bermakna : Persumpahan atau Persaksian ( Bersumpah atau bersaksi )
الشهادة : الإقرار و البيان
Pengakuan & Penjelasan
( Muhammad Ali as-Syobuni,Sofwatu at-Tafasir.Hal.173,)
Makna Syahadah secara syar’ei
• Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz mengatakan makna Syahadah
لا اله ا لاا لله
SYAHADAH ialah : Pengakuan, Pembenaran,dan keyakinan bahwa Tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah Swt tiada sekutu bagi-Nya. Jadi makna secara menyeluruh ialah “ Keyakinan dan Pengakuan bahwa tidak ada yang berhak diabdi kecuali Allah lalu berkomitmen dengannya dan mengamalkan tuntunannya dan tidak mempersekutukan-Nya.i nilah Hakikat لاَ اِ لَهَ اِ لاَّ ا لله
شَهَا دَ ةُ اَ نْ لاَ اِ لَهَ اِ لاَّ ا للهُ اَ عْتَقِدُ اَ نَّ ا للهَ وَا حِدٌ لاَ شَرِ يْكَ لَهُ فِى عِبَا دَ تِهِ وَ لاَ فىِ مُلْكِهِ
“Syahadah Dengan mengucapkan لاَ اِ لَهَ اِ لاَّ ا للهِ ialah mengakui bahwa Alloh adalah esa & tidak ada sekutu bagi-Nya dalam ibadah & pemerintahan-NYA “
Kandungan makna syahadah menurut penjelasan di atas.b ahwa nilai dasar SYAHADAH yang syar’ei ialah yang menuntut pembersihan aqidah dari syirik Uluhiyah dan syirik Mulkiyah. jika tidak terpenuhi dua aspek ini atau salah satunya saja, maka dianggap masih berstatus MUSYRIK, Sebaliknya seorang dikatakan MUWAHID jika mentauhidkan Allah pada aspek Uluhiyah dan aspek Mulkiyah
VI. Rumusan syahadah menurut para ‘Ulama Tauhid
Sesungguhnya mengucapkan kalimah نْ لاَ اِ لَهَ اِ لاَّ ا للهِ tanpa disertai pengetahuan ( ilmu ) akan maknanya dan tidak mengamalkan tuntunannya berupa komitmen dengan tauhid dan meninggalkan syirik serta mengkufuri Toghut maka sesungguhnya pengucapan itu tidak bermanfaat berdasar ijma para Ulama’ “
Syahadah yang dituntut menurut syar’ei ialah syahadah yang tidak hanya untuk diucapkan secara adat dan kebiasaan, yang umumnya dilakukan orang awam seperti : solat, kenduri-kenara, ijab qabul majlis pernikahan dan lain-lainnya. Ritual amalan syahadah seperti itu tidak membawa manfaat terhadap amal dan keislaman, sungguhpun dengan lafaz yang sama dan untuk perkara yang baik, namun para memberikan penegasan tentang nilai syahadah yang syar’ei wajib dilandasi pemahaman yang benar serta tuntunan yang benar.
Berikut tuntunan syahadah secara syar’ei
شُرُوطُ قَبُولِ الشَّهَادَتيَنِ
Syarat diterimanya syahada
1. بالعلم ( dengan Pengetahuan ) Qs :47/19
2. بالاخلاص ( dengan ketauhidan yang hanif ) Qs : 22/31
3. باليقين ( dengan Keyakinan hati ) Qs : 15/99
4. بالصدق ( dengan kebenaran ucapan & amal ) Qs :61/7
5. بالقبول ( dengan penerimaan hukum-2nya ) Qs:33/36
6. بالمحبة ( dengan penuh kecintaan ) Qs : 3/31
7. بالانقياد( dengan kethataan ) Qs : 4/60
( Kitab Fathul Majid )
Syarat sah sempurnanya syahadah لاَ اِ لَهَ اِ لاَّ ا لله
1. Bil lisan ( dizahirkan dengan ucapan lisan ) : إقرار بالسان ( Lihat penjelasan & komentar para Ulama tentang kewajiban melafazhkan syahadat dengan ikrar lisan )
2. Bil Jamaah ( bergabung dengan Jamatul Muslimin sebagai Daulah penegak perjuangan syahadat ),sebagaimana dalil hadith Rasul
لاَ يَحِـلُّ دَ مٌ إِ مْرِئٍ مُسْلِمٍ يَشْهَدُ اَ نْ لاَ اِ لَهَ اِ لاَّ ا للهِ وَ اَ نِّـيْ رَ سُو لُ ا للهِ اِ لاَ بِإِ حْدَ ئِ ثَلاَ ثٍ....ا لتَّا رْ كُ لِلدِّ يْنِهِ وَ ا لْمُفَا رِ قُ لِلْجَمَا عَة
“ Tidak halal ( haram ) bagi seseorang muslim darah & hartanya yang telah mengucapkan dua kalimat syahadah kecuali dengan 3 perkara….. diantaranya ( salah satunya ) yaitu meninggalkan agamanya (keyakinan ) & keluar dari jamaah.” ( H.R Muslim )
Hadith Rasul SAW tersebut mempunyai nilai hukum, bahwa seorang muslim akan sempurna nilai keislimannya serta patuh dalam berjamaah (kumpulan). Rosaknya nilai syahadah seorang muslim , jika keluar dari keyakinan kepada Islam agama yang dianutnya dan keluar dari jamaah yang diperjuangkannya.
3. Bil Syuhada ( Menghadirkan seorang saksi ), yang dimaksud saksi disini dalam konteks bersyahadah ialah sebagaimana yang dijelaskan dalam tafsir Al-Qurthubi Asy-syahid الشاهدialah yang mengetahui sesuatu dan menjelaskannya dalam hal ini tentang keesaan Allah. Adapun yang dimaksud syahid disini ialah Ulul ilmi ( orang yang mengetahui akan kebenaran syahadah لاَ اِ لَهَ اِ لاَّ ا للهِ , iaitu para nabi dan orang-orang beriman yang bertauhid dengan kata lain: tidak mungkin dituntunt hadirnya seorang saksi dalam syahadah kalau bukan orang yang memang memahami dan juga mengamalkan tuntunannya.
4. Bil Amali bimaqtadhoha ( Mengamalkan tuntunannya ) yaitu berupa komitmen dengan Tauhid dan meninggalkan kesyrikan serta mengkufuri Toghut. sebagaimana penjelasan dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 256:
...Kerana itu barangsiapa yang ingkar kepada Toghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Rukun-Rukun Syahadah
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, mengatakan bahwa ulama sepakat menentukan bahwa rukun لااِ لَهَ اِ لاَّ ا لله , ada dua:
1. Menafikan ( meniadakan ) : لاَ اِ لَهَ Laa ilaaha ( Tidak ada ilah – yang berhak disembah )maksudnya membatalkan atau menggugurkan segala kesyirikan dalam semua bentuknya dan mewajibkan untuk mengingkari semua yang disembah selain Allah yang dinamakan TOGHUT ( Lihat makna Toghut dan jenis-jenisnya dalam kitab Majmu ‘Atut-Tauhid tentang risalah makna Toghut )
2. Menetapkan , اِ لاَّ ا للهِ Illallah ( Kecuali Hanya Allah saja ) maksudnya hanya Allah saja satu-satunya Abdian Al-ma’bud yang berhak penuh untuk diibadahi dan ditaati
Pengertian rukun ini terntaya dalam Al-qur’an
“ Maka Barangsiapa yang Ingkar atau Kafir pada Toghut – bermakna rukun pertama
(menafikan) “ Dan hanya beriman kepada Allah saja – bermakna rukun kedua ( menetapkan)
B. Kandungan Syahadat ( Madlulul Syahadah ):
a. Iqrar = Ikrar yang berisi pernyataan atau proklamasi berupa pembebasan diri dari ikatan jahili kepada ikatan islami. Qs:3/18,81
b. Al-Qasam = Ikrar yang mengandung sumpah,dengan mengakui kebenaran tauhid dan menjalankan tuntunannya,Qs:63: 1-2
c. Al-Mitsaq = Ikrar yang mengandung perjanjian,yaitu mengikhlaskan beribadah kepada Allah dengan tidak mensekutukan-Nya.Qs:5:7
C. Keutamaan Syahadah ( Fadhoilusy-Syahadah )
a. Madkhalu ila islam اَلْمَدْخَلُ إِلَى إِلإْسَلاَمِ
Pintu Masuk Islam
Syaikh Muhammad Abdul Wahab Rh Mengatakan :
فأول أركان إ لإسلام : شهادة ان لا اله الا الله وبها يدخل العبد فى إلإسلام
“ Maka rukun Islam yang pertama yaitu syahadah لاَ اِ لَهَ اِ لاَّ ا للهِ dimana dengan syahadah seorang hamba masuk ke dalam islam “
b. Khalashatu Ta’alimil Islam خَلاَصَةُ تَعَالِيْمِ اْلإِسْلاَمِ
Intisari (Ajaran Pokok ) Islam
Sebagaimana Hadith Muaz bin Jabal yang mengajarkan syahadat terlebih dahulu kepada setiap urusan dakwah ( Lihat dalil di atas )
c. Asasul Inqilab أَسَاسُ اْلإِنْقِلاَبِ
Nilai dasar Perubahan/Reformasi Qs: 6 : 122
Nilai dasar perubahan seseorang dikatakan sebagai hamba Allah,orang merdeka,dan sebagai warga Allah, manakala ia mengakui dan mengikrarkan dua kalimah syahadah dan menjalankan tuntunan kalimat tersebut ( Sayyid Qutub, Petunjuk Jalan,Bab : Aqidah & kewarganegaraan )
d. Haqiqatu Da’wah ar-Rusul حَقِيْقَةُ دَعْوَةِ الرُّسُلِ
Hakikat Dakwah Para Rasul, Qs : 21: 25
e. Fadhailu ‘Adzimah فَضَائِلُ عَظِيْمَةُ
Keutamaan yang Agung
Diantara keutamaan agung Syahadah ialah :
• Memasukan hamba ke dalam syurga,sebagaimana hadith Rasul
مَنْ قَالَ لاَ اِلَهَ اِلاَ ا للهُ وَهُوَ يَعْلَمُ دَخَلَ الْجَنَةَ
“ Barangsiapa yang mengucapkan لاَ اِ لَهَ اِ لاَّ ا لله sedangkan ia mengetahui ( ilmu & Tuntunannya ) niscaya masuk syurga “ (H.r Muslim )
• Menghapus dosa-dosa besar ( Lihat dalam terjamah kitab Fathul Majid Bab : keutamaan kalimat tauhid dan bagi siapa yang mengamalkannya )
• Memberikan syafaat ( Qs : 43 : 86 )
• Sebagai nilai dasar hidayah seorang ( Qs : 6:82)
Realisasi Syahadah ( Tahqiqu Syahadatain )
Aplikasi amalan Syahadatain dalam konteks Kekinian
Perwujudan Amaliyah syahadah لاَ اِ لَهَ اِ لاَّ ا للهِ
1. I’tisham bil Jamaah ( Bergabung dan komitmen dengan Jamaah ) Qs : Ali –imran ayat 103
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Kerana nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
لاَ يَحِـلُّ دَ مٌ إِ مْرِئٍ مُسْلِمٍ يَشْهَدُ اَ نْ لاَ اِ لَهَ اِ لاَّ ا للهِ وَ اَ نِّـيْ رَ سُو لُ ا للهِ اِ لاَ بِإِ حْدَ ئِ ثَلاَ ث ا لتَّا رْ كُ لِلدِّ يْنِهِ وَ ا لْمُفَا رِ قُ لِلْجَمَا عَةِ
“ Tidak halal ( haram ) bagi seseorang muslim darah & hartanya yang telah mengucapkan dua kalimah syahadah kecuali dengan 3 perkara….. diantaranya ( salah satunya ) iaitu meninggalkan dinnya (keyakinan ) & keluar dari jamaah.” ( H.R Muslim )
Keharaman darah seorang muslim bukan hanya pengakuan dengan mengucapkan dua kalimah syahadah, akan tetapi juga diiringi dengan berpegang teguh dengan Al-jamaah.jika seorang muslim melepaskan tali ikatan jamaahnya ,maka berarti sama dengan melepaskan tali ikatan Islam dalam dirinya, jika islam tidak ada dalam dirinya,maka yang nampak adalah kekufuran
علَيْكُمْ بِا لْجَمَا عَةِ وَ اِ بَّا كُمْ وَ ا لْفُرْ قَةَ
“ Wajib atas kalian berjamaah dan jauhilah berpecah belah” . ( H.R Ahmad , dalam kitab musnad Ahmad , Sahih Turmizi )
وَ اَ نَا اَ مَرَ كُمْ بِخَمْسٍ كَمَا اَمَرَ نِيَ ا للهُ بِهِنَّ : اَ لْجَمَا عَةُ وَ ا لسَّمْعِ وَ الطَّا عَةُ وَ ا لْهِجْرَ ةُ وَ
ا لْجِهَا دُ فِى سَبِيْلِ ا للهِ فَمَنْ فَا رَ قَ ا لْجَمَا عَةَ قَيْدَ شِبْرٍ فَقَدْ خَلَعَ رِ بْقَةَ ا لاِ سْلاَ مِ مِنْ عُنُقِهِ إِ لاَّ اَن يُرَ ا جِعَ …
“ Dan aku perintahkan kepada kalian terhadap lima perkara sebagaimana aku diperintahkan Allah dengannya iaitu : Berjamaah, mendengar , taat, dan berjihad dijalan Allah.maka barangsiapa keluar dari jamaah ( keluar ketaatan ) walau hanya sejengkal,maka telah lepas ikatan islam dari lehernya ( murtad ), kecuali ia taubat ( kembali bejamaah )... “ ( H.R Ahmad dalam kitab Jamius Shogir )
2. Al-Harakah wal Jihad, Adanya komitmen Perjuangan dan jihad dalam rangka membela ketauhidan Qs : 9 :19-20,Qs 4:94
3. Imarah wa ad-Daulah , Memiliki kepemimpinan dan Negara yang merupakan washilah dan wadah dalam pengabdiannya kepada Allah berupa Ulil Amri(pemimpin )dan Negara Islam,Qs : 4:59
4. Al-wala wal Bara, Memiliki prinsip kesetian dan dukungan penuh kepada Waliyullah dan melepaskan menghilangkan ikatan-ikatan kepada Waliyu Toghut Qs : 4/76
5. Iqamah ad-Din, Menegakkan & memperjuangkan Din sebagai sebagai misi perjuangan suci,Qs 8:39
Kesimpulan
• Syariat syahadah secara nas hukumnya wajib ditegakkan berdasarkan keumuman nas yang ditunjuk ( baik Nas Al-qur’an ,Hadits maupun Pandangan Ulama )
•Syariat syahadah berlaku umum bagi setiap manusia untuk diucapkan lebih utama bagi muslim kauni atau keturunan,karena tidak ada dalil khusus yang mutlaq mengatakan bahwa syahadah hanya berlaku buat orang kafir ( Nashrani ,Yahudi,Buddha,Hindu ), maka selama tidak ada dalil yang mengkhususkan maka wajib mengamalkan keumumamnya.
•Syariat syahadah yang dimaksud untuk ditegakkan oleh setiap muslim adalah syahadah syar’ei yang dilandaskan kepada ilmu yang benar, ia berupa syarat dan rukun serta tuntutan berdasarkan pendapat ulama
•Mengikrarkan syahadah tauhid ( pengakuan tentang keesaan Allah ) adalah asas awal melaksanakan kewajiban Fardhu ‘Ain dari kewajipan-kewajipan yang lain bagi seorang muslim
•Syahadah tidak akan sempurna jika tidak diiringi dengan iltizam meninggalkan dan mengkufuri Toghut serta bergabung & menegakkan al-Jamaah, ( Jamatul Muslimin berbentuk Daulah Islamiyah ) QS: 8:72
•Meninggalkan Al-jamaah, atau berpisah dari sebuah Jamaah Ad-Daulah,dapat menggugurkan atau merusak nilai syahadah,sekaligus menghilangkan penjagaan harta & darah
•Hubungan jamaah dan syahadah dalam satu variable Islam sebagai wujud tuntunan syahadah dengan memurnikan Allah dalam ibadah dan pemerintahanNya.
• Kehadiran Al-jamaah adalah sebagai Syuhada ‘ala an-Nas ( sebagai saksi seluruh manusia ) dalam rangka menegakkan يكفر بالطاغوت و يؤمن بالله.
WalLahu ‘alam